Kaderisasi oh kaderisasi. Dasar kaderisasi di jurusan! Katanya kaderisasi, tetapi ternyata ada unsur ospeknya. Yang dimarah-marahilah, disuruh buat buku angkatanlah, hingga disuruh pakai pin setiap hari. Bosaaaan! Apa lagi kaderisasinya satu semester lebih. Tugas dari dosen sudah banyak, masih ditambah tugas dari senior. Wuih, tugasku jadi bertumpuk-tumpuk. Belum lagi kalau ada kesalahan. Pasti diungkit-ungkit oleh mahasiswa lama di forum evaluasi. Dimarahi lagi. Padahal, cara ini adalah cara yang salah. Ospek itu sudah kuno. Selain membuat kesal mahasiswa baru, ospek sering dijadikan ajang pembalasan dendam oleh mahasiswa lama. Para mahasiswa lama dulu juga diperlakukan seperti ini oleh para seniornya ketika mereka masih menjadi mahasiswa baru. Mereka tidak akan berani membalaskan dendamnya kepada para seniornya dulu. Oleh karena itu, mereka membalaskan dendam mereka kepada para juniornya.
Semua itu terjadi secara turun temurun. Kalau memang mereka semua adalah para pendendam, maka hal ini akan sulit untuk dihentikan. Dendam itu tidak akan pernah ada habisnya. Jika hal ini terus menerus terjadi, generasi terpelajar Indonesia akan menjadi generasi pendendam. Generasi masa depan Indonesia ini akan selalu menyimpan amarahnya. Jika tidak berani membalaskan dendamnya, mereka akan melampiaskan dendamnya kepada orang lain yang tidak bersalah.
Para senior yang pendendam ini adalah salah satu contoh dari orang yang tidak bisa berpikir jernih. Seharusnya mereka masih bisa bersabar atau setidaknya menggunakan logika mereka. Jika mereka bisa bersabar, maka kebudayaan ospek di Indonesia akan terhenti. Terhentinya budaya ospek merupakan harapan setiap mahasiswa baru. Seandainya mereka tidak mau bersabar, mereka seharusnya bisa berpikir jernih. Jika mereka dulu tidak suka diperlakukan seperti ini saat menjadi mahasiswa baru, seharusnya mereka juga tidak memperlakukan hal yang sama terhadap pera juniornya. Seperti kata pepatah, bila tidak ingin dipukul, janganlah kau memukul. Bila mereka tidak ingin merasakan ospek, seharusnya mereka tidak mengadakan ospek untuk juniornya karena ospek itu lebih banyak mendatangkan kebutukan daripada kebaikannya.
Harapan seluruh mahasiswa baru, termasuk saya adalah tidak adanya ospek. Saya tidak ingin dimarah-marahi hanya karena kesalahan-kesalahan kecil. Saya sedang menunggu orang-orang yang mau bersabar, yang tidak ingin membalaskan dendamnya pada para juniornya. Mereka tidak menyukai hal-hal yang berbau ospek. Mereka ingin menghentikan budaya ospek yang ada di Indonesia. Jumlah mereka tidak cukup hanya segelintir mahasiswa karena dibutuhkan satu angkatan atau bahkan lebih untuk menghapus budaya ospek di negeri tercinta ini. Jika mereka berhasil, mereka pantas disebut pahlawan. Mereka pantas disebut superhero. Bukanlah hal yang mudah untuk menghapus budaya yang telah ada dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, saya akan tetap bersabar, menanti para superhero ini. Sampai kapankah penantian ini akan berakhir? Jawabannya ada di dalam diri pembaca. Sekian tulisan dari dari saya. Semoga para pembaca mau menjadi orang yang saya nantikan! Apabila ada kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf!
2 komentar:
superhero hanya akan muncul ketika kita diangkat nanti
Wah, kelamaan.
Posting Komentar